Sabtu, 15 September 2018

Meniti Hidup dengan Kemuliaan



MENITI HIDUP
DENGAN KEMULIAAN







Oleh :
FITRIYANTI
NIM. 162010026









KATA PENGANTAR


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia-Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Misi utama Nabi Muhammad SAW. adalah untuk menyempurnakan akhlak. Pendidikan akhlak merupakan pendidikan yang sangat penting dalam kehidupan. Penguatan akidah adalah dasar, sedangkan ibadah adalah sarana, dan tujuan akhirnya adalah pengembanngan akhlak mulia. Karena itu, pelajaran pendidikan agama Islam berorientasi kepada bukan hanya pada aspek kognitif saja, melainkan akhlak mulia terhadap sesama muslim, sesama manusia, bahkan pada semua makhluk ciptaan Allah SWT. Hal ini selaras dengan Kurikulum 2013 yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi yang utuh antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Peserta didik tidak hanya diharapkan bertambah pengetahuan dan wawasannya, tetapi juga meningkat kecakapan dan keterampilannya serta semakin mulia karakter dan kepribadiannya.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa isi materi ini masih jauh dari kesempurnaan,  untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan guna perbaikan selanjutnya. Akhir kata hanya kepada Allah SWT. penulis berharap, semoga isi tulisan ini bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri. Aamiin.

Serang,     Agustus 2018




MENITI HIDUP DENGAN KEMULIAAN
PETA KONSEP





Membuka Relung Hati
Cermati Gambar dan Wacana Berikut !
Hidup mulia atau mati syahid! Sebuah ungkapan yang bermakna ajakan untuk hidup secara mulia atau mati secara syahid. Jika direnungkan, ungkapan tersebut memiliki makna yang sangat dalam. Hidup mulia adalah dambaan setiap manusia ketika hidup di dunia. Mati syahid adalah salah satu cara mendapatkan anugerah Allah SWT. kelak di akhirat, yaitu surga yang penuh dengan kenikmatan. Jadi, hidup mulia dan mati syahid adalah ungkapan yang selalu memotivasi orang yang beriman agar selalu berada di jalan Allah Swt. Agar lebih jelas memahami ungkapan tersebut, cermatilah pengalaman hidup Nabi Yusuf as. Berikut ini.
Ketika usianya masih sangat belia, ia dicemplungkan dengan sengaja ke sebuah perigi oleh saudara-saudaranya sendiri. Ia memang selamat setelah ditemukan oleh serombongan kafilah. Namun, mereka membawa Yusuf kecil ke Mesir dan menjualnya sebagai hamba sahaya. Untuk beberapa lama ia pun hidup sebagai pembantu di rumah seorang pejabat Mesir.
Gambar 6.1
Tentara, sebagai simbol pembela negara.
       Sejalan dengan usianya yang tumbuh dewasa, ujian pun mendatanginya. Istri si pejabat bersiasat merayu dan menggoda Si Tampan Yusuf. Inilah ujian yang amat berat karena pada akhirnya, Yusuf-lah yang kemudian menjadi tertuduh melakukan perbuatan mesum kepada majikannya. Kata Yusuf, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku...” (Q.S. Yusuf/12:33). Seperti yang kalian ketahui, Nabi Yusuf as. pun akhirnya memang dipenjara. Inilah episode memilukan dari kehidupan manusia. Apa yang selanjutnya terjadi terhadap Nabi Yusuf as., apakah ia terpuruk dan tenggelam dalam kesengsaraan? Tidak! Tetapi lihatlah, penjara justru menjadi batu ujian terhadap kenabian Yusuf as. Dan yang lebih membahagiakannya adalah melalui episode itu, Allah Swt. mempertemukan kembali Yusuf dengan orang tua dan saudara-saudaranya.


Catatlah tiga istilah kunci ini yaitu pengendalian diri, prasangka baik, dan persaudaraan. Nabi Yusuf as. adalah sosok terpuji karena kemampuannya mengendalikan diri untuk tidak memenuhi nafsu setan istri seorang pejabat Mesir. Lagi, ia pun berhasil mengendalikan diri untuk tidak secara semenamena menuntut balas atas saudara-saudaranya yang telah berbuat keji tehadap dirinya. Padahal, kalau mau sebagai pejabat tinggi pasti sangat mudah baginya menuntut balas. Di saat-saat ia menanggung cobaan berat dengan dibuang ke perigi, kemudian dilelang sebagai hamba sahaya, dan dipenjara karena dituduh memerkosa, tidaklah pernah ia berprasangka buruk kepada Allah Swt. atas takdir yang menimpanya. Ia pun tidak menaruh prasangka buruk terhadap saudarasaudaranya yang keji. Bahkan Nabi Yusuf as. memilih untuk menghimpun mereka dalam keutuhan keluarga yang penuh persaudaraan.


Rounded Rectangle: Aktivitas 1
• Setelah kamu membaca kisah di atas, bagaimana pendapatmu tentang kisah tersebut? Apa yang kamu lakukan jika hal tersebut menimpa dirimu? Apakah akan menuruti “ajakan setan” untuk memenuhi hawa nafsu ataukah melawannya dengan segala daya dan upaya?
Aktivitas 1









Memperkaya Khazanah Peserta Didik

A.    Memahami Makna Pengendalian Diri, Prasangka Baik, Husnuẓẓan dan Persaudaraan (Ukhuwah)

1.      Pengendalian Diri (Mujāhadah an-Nafs)
Pengendalian diri atau kontrol diri (Mujāhadah an-Nafs) adalah menahan diri dari segala perilaku yang dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain, seperti sifat serakah atau tamak. Dalam literatur Islam, pengendalian diri dikenal dengan istilah aś-śaum, atau puasa. Puasa adalah salah satu sarana mengendalikan diri. Hal tersebut berdasarkan hadis Rasulullah saw. yang artinya: “Wahai golongan pemuda! Barangsiapa dari antaramu mampu menikah, hendaklah dia nikah, kerana yang demikian itu amat menundukkan pemandangan dan amat memelihara kehormatan, tetapi barangsiapa tidak mampu, maka hendaklah dia puasa, kerana (puasa) itu menahan nafsu baginya.” (H.R. Bukhari)
Jadi, jelaslah bahwa pengendalian diri diperlukan oleh setiap manusia agar dirinya terjaga dari hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt.
Dapatkah kamu memberikan contoh perilaku yang menunjukkan sikap pengendalian diri? Diskusikan dengan teman-temanmu.

2.      Prasangka Baik (ḥusnuẓẓan)
Prasangka baik atau ḥusnuẓẓan berasal dari kata Arab, yaitu ḥusnu yang artinya baik, dan ẓan yang artinya prasangka. Jadi, prasangka baik atau positive thinking dalam terminologi Islam dikenal dengan istilah ḥusnuẓẓan. Istilah ḥusnuẓẓan adalah sikap orang yang selalu berpikir positif terhadap apa yang telah diperbuat oleh orang lain. Lawan dari sifat ini adalah buruk sangka (su’uẓẓan), yaitu menyangka orang lain melakukan hal-hal buruk tanpa adanya bukti yang benar. Dalam ilmu akhlak, ḥusnuẓẓan dikelompokkan kedalam tiga bagian, yaitu ḥusnuẓẓan kepada Allah Swt. ḥusnuẓẓan kepada diri sendiri, dan ḥusnuẓẓan kepada orang lain.
Prasangka baik adalah sifat yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap orang yang beriman. Sebaliknya, prasangka buruk adalah sifat yang harus dijauhi dan dihindari. Mengapa demikian? Dapatkah kamu menjelaskan dan mengemukakan dampak positif dari perilaku ḥusnuẓẓan, serta dampak negatif dari perilaku su’uẓẓan?

3.      Persaudaraan (ukhuwwah)
Persaudaraan (ukhuwwah) dalam Islam dimaksudkan bukan sebatas hubungan kekerabatan karena faktor keturunan, tetapi yang dimaksud dengan persaudaraan dalam Islam adalah persaudaraan yang diikat oleh tali aqidah (sesama muslim) dan persaudaraan karena fungsi kemanusiaan (sesama manusia makhluk Allah Swt.). Kedua persaudaraan tersebut sangat jelas dicontohkan oleh Rasulullah saw., yaitu mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kaum Anṣar, serta menjalin hubungan persaudaraan dengan suku-suku lain yang tidak seiman dan melakukan kerja sama dengan mereka.













B.     Ayat-Ayat al-Qur’ān tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan  Persaudaraan (Ukhuwah)
1.      Q.S. al-Ḥujurāt/49:12

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٞۖ وَ لَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتٗا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٞ رَّحِيمٞ ١٢
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (Q.S Al-Hujurat (49):12)[1]




Rounded Rectangle: Aktivitas 2.
1. Hafalkan ayat tersebut untuk memperkaya perbendaharaan hafalan ayat dengan menggunakan bantuan alat perekam atau pun saling memperdengarkan dengan sesama teman di kelas.
2. Hafalkan arti ayat di atas agar makin bertambahnya kecintaan kepada al-Qur’an dan bertambah keimanan kepada Allah Swt.
3. Carilah ayat lain yang berhubungan dengan perilaku husnuzzan!
 













2.      Q.S. al-Hujurāt/49:10
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ ١٠
Artinya:
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”. (Q.S Al-Hujurat (49):10)[2]




Rounded Rectangle: Aktivitas 3
1. Hafalkan ayat tersebut untuk memperkaya perbendaharaan hafalan ayat dengan menggunakan bantuan alat perekam ataupun saling memperdengarkan dengan sesama teman di kelas.
2. Hafalkan arti ayat di atas agar makin bertambahnya kecintaan kepada al-Qur’an dan bertambah keimanannya kepada Allah Swt.
3. Carilah ayat lain yang berhubungan dengan perilaku persaudaraan.
 





C.    Kandungan Ayat
Pada ayat di atas Allah Swt. menegaskan ada dua hal pokok yang perlu diketahui. Pertama, bahwa sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Kedua, jika terdapat perselisihan antarsaudara, kita diperintahkan oleh Allah SWT. untuk melakukan iślah (upaya perbaikan atau perdamaian).
Apakah indikasi dari suatu persaudaraan? Rasulullah saw. bersabda:
“Demi Allah yang menguasai diriku! Seseorang di antara kalian tidak dianggap beriman kecuali jika dia menyayangi saudaranya sesama mukmin sama seperti dia menyayangi dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari)
Selain itu Rasulullah saw. juga menegaskan, “Seorang muslim adalah orang yang lidah dan tangannya tidak menyakiti muslim lain, dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan semua larangan Allah.” (H.R. Bukhari)






Rounded Rectangle: Aktivitas 4
Diskusikan dengan sesama temanmu. Bagaimana cara yang harus
dilakukan jika di kelasmu ada teman yang sedang “marahan” sehingga antara teman yang satu dan yang lainnya tidak saling bertegur sapa dan berinteraksi.
 












Pesan-Pesan Mulia
Simaklah kisah berikut. Kemudian cermati secara saksama pelajaran yang terkandung di dalamnya.

Kisah Habil dan Qabil

Qabil adalah salah seorang anak Nabi Adam as. yang bersaudara kembar dengan Iqlima. Sementara Habil adalah anak Nabi Adam as. yang bersaudara kembar dengan Labuda. Iqlima terlahir dengan paras yang cantik, sementara Labuda tidak secantik Iqlima. Semua keturunan Nabi Adam as. hidup damai sampai mereka dewasa.
Kemudian, turun perintah Allah Swt. agar Nabi Adam as. menikahkan anakanaknya. Allah Swt. memerintahkan agar anak yang terlahir sebagai saudara kembar harus dinikahkan dengan anak kembar yang lain. Dengan ketentuan tersebut, Qabil harus menikah dengan Labuda, dan Habil harus menikah dengan Iqlima.
Ketika Nabi Adam as. menyampaikan perintah tersebut, Qabil tidak menyetujuinya. Pasalnya, sudah lama Qabil menyukai Iqlima. Dia menolak menikahi Labuda, dan tetap akan menikahi Iqlima. Dengan bijak, Nabi Adam as. mengingatkan Qabil bahwa ketentuan Allah Swt. harus ditaati. Namun, Qabil tetap pada kehendaknya untuk menikahi Iqlima, saudara kembarnya yang lebih cantik. Akhirnya, dengan memohon petunjuk Allah Swt. dengan bijaksana Nabi Adam as. memerintahkan Qabil dan Habil untuk berkurban. Siapa pun yang kurbannya diterima oleh Allah Swt., segala kebutuhan dan keinginannya akan dikabulkan oleh Allah Swt., termasuk keinginan Qabil untuk menikahi Iqlima.
Setelah semuanya dirasa siap, Qabil dan Habil pun mempersembahkan kurbannya masing-masing di atas bukit dengan disaksikan oleh semua anggota keluarga. Qabil mempersembahkan hasil pertaniannya. Ia sengaja memilih gandum dari jenis yang jelek. Habil mempersembahkan seekor kambing terbaik dan yang paling ia sayangi. Kemudian, dengan perasaan berdebar-debar, mereka menyaksikan dari jauh. Tak lama berselang, tampak api besar menyambar kambing persembahan Habil, sedangkan gandum persembahan Qabil tetap utuh yang berarti kurban Habillah yang diterima.
Melihat kenyataan tersebut, Qabil yang berperangai tidak baik dan terpengaruh hasutan iblis, menaruh dendam kepada Habil. Terpikir olehnya, agar keinginannya menikahi Iqlima, tidak ada cara lain kecuali membunuh Habil. Ketika terdapat kesempatan untuk melaksanakan niat jahatnya tersebut, Qabil benar-benar melaksanakannya. Ketika Habil sedang seorang diri, Qabil datang menghampirinya dengan niat untuk membunuh saudaranya itu. Mengetahui hal tersebut, Habil mengingatkan Qabil agar senantiasa mengingat Allah Swt. dan hendaklah takut kepada-Nya. Habil berkata kepada Qabil, “Sungguh jika kamu menggerakkan tanganmu untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.” (Q.S. al-Mā’idah/5:28)

Setelah Habil terbunuh, Qabil merasa bingung. Diguncang-guncangkan tubuh
saudaranya itu, namun tetap tidak bergerak. Lalu jenazah Habil dibawa ke sanakemari dengan perasaan kacau, tak tahu apa yang harus dilakukannya. Ia merasa sangat menyesal sehingga air matanya berlinang membasahi pipinya. Dalam kebingungannya, Allah Swt. menurunkan ilham melalui dua ekor burung gagak yang bertarung untuk memperebutkan daging mayat Habil. Salah seekor dari burung gagak itu tewas dalam pertarungan tersebut. Kemudian, burung gagak yang masih hidup menggali tanah, menarik gagak yang telah menjadi bangkai untuk dimasukkan ke dalam tanah yang telah digali dengan cakarnya, kemudian menimbunnya dengan tanah.
Demikianlah, Qabil meniru perbuatan burung gagak itu. Ia menggali tanah dan menguburkan mayat Habil dan menimbunnya dengan tanah. Menyadari dirinya telah melakukan kesalahan yang sangat besar, Qabil pun merasa ketakutan. Ia kemudian tidak berani untuk pulang ke rumah, bahkan pergi meninggalkan kedua orang tua dan saudara-saudaranya. Ia benar-benar tidak kembali lagi, pergi masuk hutan keluar hutan, menaiki gunung, dan menuruni lembah tak jelas arah dan tujuan.






Rounded Rectangle: Aktivitas 5
Setelah membaca kisah di atas, bagaimana perasaanmu? Tentu prihatin, bukan?
Diskusikan dan kemukakan kepada gurumu, hubungan sifat pengendalian diri, husnzzan, dan persaudaraan sesuai dengan kisah di atas.
 
















Evaluasi
A.    Uji Pemahaman
1.      Setiap muslim diperintahkan untuk melakukan mujāhadah an-nafs supaya hidupnya bahagia. Bagaimana cara menerapkan mujāhadah an-nafs dalam kehidupan sehari-hari?
2.      Apa yang akan kamu lakukan jika mengetahui ada dua orang mukmin sedang berselisih pendapat?
3.      Q.S. al-hujurāt/49:10 mengandung pesan-pesan yang mulia. Jelaskan kandungan Q.S. al-hujurāt/49:10 tersebut!
4.      Seseorang yang terbiasa husnuzzan akan memperoleh banyak manfaat dan hikmah. Sebutkan manfaat dan hikmah orang yang berhusnuzzan.
5.      Sebutkan hukum bacaan ikhfa’, idzhār, dan Idgām bigunnah yang terdapat dalam Q.S. al-hujurāt/49:12.






Refleksi
Berilah tanda checklist () yang sesuai dengan dorongan hatimu untuk menanggapi pernyataan-pernyataan berikut ini.
No
Pernyataan
Kebiasaan
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Pernah
Tidak Pernah
Skor 5
Skor 4
Skor 3
Skor 2
Skor 1
1.
Saya membaca do’a ketika mau belajar





2.
Saat ada bisikan hawa nafsu untuk
berbuat maksiat, saya segera
membaca ta’awuz.





3.
Saya meminta maaf kepada teman jika bersalah.





4.
Saya mudah memaafkan kesalahan teman.





5.
Saya optimis mampu meraih cita-cita.





6.
Saya membaca istighfar ketika melakukan kesalahan.





7.
Saya bertutur kata lemah lembut kepada teman.





8.
Saat berjumpa teman, saya menyapa dengan ramah.





9.
Saya menghormati perbedaan pendapat.





10
Saya menjaga persaudaraan dengan sesama mukmin.









Referensi :

Al-Ghazali, Imam. 1995. Ringkasan Ihya Ulumuddin. Jakarta: Pustaka Amani.

Al-Maraghi, Muhammad Musthafa. 1992. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Toha Putra.

Anonimious. 2010. Al-Hidayah Al-Qur’an Perkata Tajwid Kode Angka. Tangerang Selatan: Kalim.

As Suyuthi, Jalaludin. 2008. Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press.

Departemen Agama RI, Al-‘Aliyy, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2005

Departemen Agama RI, Al-Hidayah, Al-Qur’an Tafsir Perkata, Tajwid Kode Angka, Tangerang Selatan: Kalim, 2011.

Hamka. 1984. Tafsir Al Azhar Juz XI. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Luthfi, Hakim, Tafsir Tazkiyah, Jakarta: Gema Insan, 2009.

M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta, 2002.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016.

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2011




[1]Departemen Agama RI, Al-Hidayah, Al-Qur’an Tafsir Perkata, Tajwid Kode Angka, (Tangerang Selatan: Kalim, 2011), h.412
[2]Departemen Agama RI, Al-Hidayah, Al-Qur’an Tafsir Perkata, Tajwid Kode Angka, (Tangerang Selatan: Kalim, 2011), h.412

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Materi R n D (pentingnya Tabayyun)

INDAHNYA TABAYYUN           Oleh : FITRIYANTI NIM. 162010026 PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) PROGRAM PASC...