INDAHNYA TABAYYUN
Oleh :
FITRIYANTI
NIM. 162010026
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
PROGRAM PASCASARJANA (PPS)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
“SULTAN MAULANA HASANUDDIN” BANTEN
TAHUN 2018 M / 1440 H
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji dan syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia-Nyalah tulisan ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Misi
utama Nabi Muhammad SAW. adalah untuk menyempurnakan akhlak. Pendidikan akhlak
merupakan pendidikan yang sangat penting dalam kehidupan. Penguatan akidah
adalah dasar, sedangkan ibadah adalah sarana, dan tujuan akhirnya adalah
pengembanngan akhlak mulia. Karena itu, pelajaran pendidikan agama Islam berorientasi
kepada bukan hanya pada aspek kognitif saja, melainkan akhlak mulia terhadap
sesama muslim, sesama manusia, bahkan pada semua makhluk ciptaan Allah SWT. Hal
ini selaras dengan Kurikulum 2013 yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi
yang utuh antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Peserta didik tidak
hanya diharapkan bertambah pengetahuan dan wawasannya, tetapi juga meningkat
kecakapan dan keterampilannya serta semakin mulia karakter dan kepribadiannya.
Akhir
kata, penulis menyadari bahwa isi materi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan guna perbaikan selanjutnya. Akhir kata hanya kepada Allah SWT.
penulis berharap, semoga isi tulisan ini bermanfaat, khususnya bagi penulis
sendiri. Aamiin.
Serang, Agustus 2018
INDAHNYA TABAYYUN
PETA KONSEP
|
Membuka
Relung Hati
Cermati
Gambar dan Wacana Berikut !
Berita
palsu atau hoaks sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Dua Imam besar yakni
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengabadikan dalam kitabnya tentang berita
bohong dan penyebarannya diantara para sahabat, berita bohong tersebut
adalah hadisul ifki. Zaman now disebut dengan hoaks.
Salah satu berita palsu yang penah terjadi pada zaman Rasulullah SAW. yaitu peristiwa yang dialami oleh Siti Aisyah, istri Rasulullah SAW. dengan tuduhan telah berbuat ‘serong’. Peristiwa itu berawal ketika perjalanan pulang dari peperangan Bani Mustaliq, seperti biasanya Siti Aisyah naik di atas tumpangan unta yang ada tutupnya (haudaj). Ketika berhenti di suatu tempat, Siti Aisyah turun karena kalungnya hilang, beliau pun mencarinya. Sahabat yang lain mengira beliau ada di tandu unta tadi. Rombongan Rasulullah pun berangkat menuju Madinah dan Siti Aisyah tertinggal. |
|
Siti
Aisyah berdiri di tempat beliau tertinggal, mengharap rombongan tadi kembali
menyusulnya. Namun dari arah belakang ada Sahabat Shafwan bin Muathal
As-Sulami, yang mempunyai tugas berjalan di belakang pasukan Rasulullah untuk
menyisir hal-hal yang tertinggal. Kali ini Shafwan menemukan Siti Aisyah yang
tertinggal dari rombongan. Ia mengenali Sayidah Aisyah. Ia pun menyuruh Sayidah
Aisyah naik ke untanya dan ia yang menuntun sampai Madinah. Sayidah Aisyah
berkata:
“Demi Allah, Shafwan tidak mengeluarkan
sepatah katapun kepadaku dan tidak kudengar apa-apa darinya selain ajakan
untuk pulang ke Madinah.” (HR Muslim)
Begitu tiba di Madinah langsung tersiar kabar di mana-mana. Penyebar pertama berita bohong adalah pemimpin
kaum munafik Abdullah bin Ubay bin Salul. Suasana di Madinah tidak seperti
biasanya. Siti Aisyah sampai sakit dan meminta kepada Nabi agar untuk sementara
pulang berkumpul dengan ayahnya dahulu, yakni Sayidina Abu Bakar.
Setelah wahyu turun, Allah menyatakan
bahwa Aisyah suci dan tidak berbuat apa-apa dengan Shafwan. Allah mengawali
wahyu tentang kebohongan sebuah berita dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 11.
إِنَّ
ٱلَّذِينَ جَآءُو بِٱلۡإِفۡكِ عُصۡبَةٞ مِّنكُمۡۚ لَا تَحۡسَبُوهُ شَرّٗا
لَّكُمۖ بَلۡ هُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۚ لِكُلِّ ٱمۡرِيٕٖ مِّنۡهُم مَّا ٱكۡتَسَبَ
مِنَ ٱلۡإِثۡمِۚ وَٱلَّذِي تَوَلَّىٰ كِبۡرَهُۥ مِنۡهُمۡ لَهُۥ عَذَابٌ عَظِيمٞ
١١
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari
golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi
kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka
mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka
yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu
baginya azab yang besar.” (QS. An-Nur:11)
|
|
Aktivitas 1
|
Memperkaya Khazanah Peserta Didik
Memahami Indahnya Tabayyun
A. Pengertian Tabayyun
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “tabayun berarti penjelasan atau
pemahaman”.[1]
Dalam bahasa Arab, Tabayyun (تبيّن) berasal dari kata
بان
(jelas) yang mengikuti wazan تفعّل
dan tabayyun merupakan
masdhar dari tabayyana yang mempunyai faidah للتكليف (membebani),
sehingga Tabayyun (تبيّن) berarti
menjelaskan. Menurut M.Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, “ فَتَبَيَّنُوْا
(fatabayyanu)
artinya telitilah dengan sungguh-sungguh”.[2] Jadi, tabayyun dalam setiap informasi berarti meneliti dengan
sungguh-sungguh kebenaran dari setiap informasi yang didapat dengan cara memverifikasi
kebenaran informasi tersebut.
Tabayyun merupakan akhlaq mulia, prinsip penting dalam menjaga keharmonisan
dalam pergaulan. Hadits-hadits Rasulullaah SAW. dapat diteliti keshahihannnya antara lain
karena para ulama menerapkan prinsip tabayyun ini. Begitu pula dalam kehidupan
sosial di masyarakat.
Seseorang akan selamat dari salah faham atau permusuhan antar sesama
masyarakat karena ia melakukan tabayyun dengan baik. Oleh karena itu, pantaslah
Allah SWT. memerintahkan kepada orang yang beriman agar melakukan tabayyun dalam menerima
berita/informasi yang disampaikan kepadanya agar tidak meyesal di kemudian
hari.
|
B.
Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Tabayyun
1.
Q.S Al-Hujurat (49) ayat 6
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن جَآءَكُمۡ فَاسِقُۢ بِنَبَإٖ فَتَبَيَّنُوٓاْ أَن
تُصِيبُواْ قَوۡمَۢا بِجَهَالَةٍ فَتُصۡبِحُواْ عَلَىٰ مَا فَعَلۡتُمۡ نَادِمِينَ٦
Artinya:
“Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu.” (Q.S Al-Hujurat (49):6)[3]
Wahai
orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. dan Rasulnya, apabila orang yang
fasik terhadap agamanya menyampaikan berita kepada orang lain, maka telitilah
kebenaran itu. Janganlah mempercayainya sebelum kalian mengetahui
kebenarannya dan memastikan kejujurannya. Sebab, dikhawatirkan kalian akan
menyakiti seseorang yang tidak bersalah, hanya karena berita orang fasik,
lantas kalian menyesal karena terlanjur menyakiti orang yang tidak bersalah.
Kandungan Surat Al-Hujurat (49) ayat 6
Dalam ayat ini Allah memperingatkan
orang-orang mukmin agar berhati-hati, jika seorang fasik datang membawa berita
janganlah cepat mempercayainya, tetapi hendaklah diselidiki kebenarannya supaya
tidak ada pihak atau kaum yang dirugikan, ditimpa musibah atau bencana yang disebabkan
berita yang belum pasti kebenarannya, sehingga menyebabkan penyesalan yang
semestinya terjadi.
Dengan
bertabayyun, menjadikan
seorang muslim untuk lebih berhati-hati apabila menerima sebuah berita atau informasi. Ketika berita atau informasi telah disampaikan, alangkah baiknya apabila berita tersebut diteliti kebenarannya
terlebih dahulu
melalui beberapa orang yang sekiranya dapat dipercaya dan dapat mempertanggung jawabkan apa yang dikatakannya.
2.
Q.S. Al-Isra’
(17) ayat 36
وَلَا
تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ
كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسُۡٔولٗا ٣٦
Artinya:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa
yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S Al-Isra’ (17): 36)[4]
Kandungan
Surat Al-Isra’ (17) ayat 36
Ayat tersebut, mengandung makna yang selaras dan saling melengkapi
dengan ayat yang telah disebutkan sebelumnya. Ayat pertama menyebutkan
keharusan bertabayyun terhadap adanya suatu berita atau informasi ataupun
datangnya suatu pemahaman dan cara berpikir keberagamaan yang baru. Sedangkan
pada ayat kedua disiratkan tidak diperkenankannya mengikuti sesuatu yang belum
diketahui secara jelas. Menyiratkan pula adanya proses tindak lanjut terhadap
sesuatu yang belum diketahui, agar dapat diketahui secara benar dan jelas.
Aktivitas pendengaran, aktivitas penglihatan dan aktivitas hati akan dimintakan
pertanggungjawabannya oleh Allah SWT.
Dari ayat tersebut dapat simpulkan bahwa manusia diperintahkan untuk
melalakukan tabayyun. dengan
melakukan tabayun diharapkan agar dijauhkan dari adu domba atupun
fitnah. Karena dengan bertabayun seseorang menjadi tidak asal menerima dengan
mudah informasi atau berita yang yang belum pasti kebenarannya.
Aktivitas 3
|
C. Hikmah Tabayyun
Ada
beberapa hikmah tabayyun yang bisa dipetik:
- Terhindar dari kesalah pahaman antar sesama.
- Memperluas wawasan. Karena salah satu aspek dalam tabayyun adalah melakukan telaah dengan membandingkan suatu data dengan data yang lain dan mengkaitkan dengan sekian banyak referensi. Sebelum akhirnya menarik kesimpulan.
- Mengusung pendalaman pengetahuan. Mengetahi secara mendalam atas sesuatu masalah akan menumbuhkan kearifan tersendiri dalam bertindak.
- Pengujian atas kebenaran sebuah informasi, terlebih lagi informasi yang hanya berdasar isu, sudah seharusnya dikonfirmasi, agar tidak menimbulkan kesalahfahaman. Maka melalui tabayyun, akan memperkuat keyakinan dan kebenaran informasi tersebut.
Bahaya meninggalkan Tabayyun
1. Menuduh
orang baik melakukan perbuatan yang tidak baik (timbulnya fitnah).
2. Timbul
kecemasan dan penyesalan pada diri orang yang meninggalkan tabayyun.
3. Terjadinya
kesalah pahaman dan perpecahan, bahkan bisa menimbulkan pertumpahan darah.
Tabayyun yang berhasil adalah apabila mampu mengungkapkan fakta yang bisa dijamin
akurasinya, dan analisis yang jernih. Kejernihan berpikir dalam
menghadapi suatu fakta akan membangun kearifan dalam bertindak. Termasuk
kearifan dalam berdakwah.
|
Evaluasi
A.
Uji Pemahaman
No
|
Pertanyaan
|
1.
|
Apa itu hoax ?
|
2.
|
Apa yang harus dilakukan ketika menerima sebuah
berita?
|
3.
|
Apa yang dimaksud dengan tabayyun?
|
4.
|
Tuliskan ayat Al-Qur’an tentang tabayyun?
|
5.
|
Tuliskan arti dari surat Al-Hujurat ayat 6 !
|
6.
|
Jelaskan isi kandungan surat Al-Hujurat ayat 6 !
|
7.
|
Jika kalian mendapatkan sebuah berita/informasi
yang belum tentu kebenarannya, kemudian kalian sebar luaskan berita/informasi
tersebut, bagaimana dampaknya nanti?
|
8.
|
Sebutkan hikmah tabayyun !
|
Refleksi
Berilah tanda checklist
(√) yang sesuai dengan dorongan hatimu untuk menanggapi pernyataan-pernyataan
berikut ini.
Referensi :
No
|
Pernyataan
|
Kebiasaan
|
||||
Selalu
|
Sering
|
Kadang-Kadang
|
Pernah
|
Tidak
Pernah
|
||
Skor
5
|
Skor
4
|
Skor
3
|
Skor
2
|
Skor
1
|
||
1.
|
Saya
membaca do’a ketika mau belajar
|
|||||
2.
|
Saat ada
bisikan hawa nafsu untuk
berbuat
maksiat, saya segera
membaca
ta’awuz.
|
|||||
3.
|
Saya
meminta maaf kepada teman jika bersalah.
|
|||||
4.
|
Saya
mudah memaafkan kesalahan teman.
|
|||||
5.
|
Saya
optimis mampu meraih cita-cita.
|
|||||
6.
|
Saya
membaca istighfar ketika melakukan kesalahan.
|
|||||
7.
|
Saya
bertutur kata lemah lembut kepada teman.
|
|||||
8.
|
Saat
berjumpa teman, saya menyapa dengan ramah.
|
|||||
9.
|
Saya
menghormati perbedaan pendapat.
|
|||||
10
|
Saya
menjaga persaudaraan dengan sesama mukmin.
|
Referensi :
Departemen Agama RI, Al-‘Aliyy, Al-Qur’an
dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2005
Departemen
Agama RI, Al-Hidayah, Al-Qur’an Tafsir Perkata, Tajwid Kode Angka, Tangerang
Selatan: Kalim, 2011.
Luthfi, Hakim, Tafsir
Tazkiyah, Jakarta: Gema Insan, 2009.
M.Quraish Shihab, Tafsir
Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta, 2002.
Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016.
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2011